Kemampuan mendengar bayi akan menjadi salah satu “bekal” baginya untuk belajar bicara. Apa yang mamu didengarnya, ikut menentukan apa yang mampu dikatannya. Deteksi dini gangguan pendengaran bayi.
Ada beberapa tes untuk mendeteksi adanya gangguan pendengaran pada bayi baru lahir:
1. Oto Acoustic Emission (OAE). Idealnya dilakukan saat bayi berusia 2 hari atau sebelum satu bulan. Bil ahasilnya bayi dalam kondisi normal (pass), Anda bisa lega karena tidak ada masalah dengan pendengaran bayi.
Cara melakukan tes: Earphone kecil dipasangakan di slauran telinga bayi kemudian diputar suara yang tak bisa kita tangkap. Jika pendengaran bayi normal, akan ada pantulan suara yang terefleksi balik di telingan tengah. Jika bayi kehilangan pendengaran, tidak ad apantulan suara yang bisa diukur. Selain itu, OAE jug abisa mendeteksi hambatan di saluran telinga luar dan di cairan tengah, serta kerusakan rambut sel terluar di rumah siput telinga.
2. Branstem, Evoked, Response, Audimetry (BERA). Dilakukan bila dari hasil tes OAE dicurigai ada kelainan.
Cara melakukan tes: Alat elektroda dipasang di telingan bayi kemudian diputarkan suara. Alat akan merekam gelombang otaks ebagai respons suara. Tes ini bisa mendeteksi kerusakan di cochlea, sistem saraf pendengaran dan jalur auditori di stem batang otak. Tes ini dilakukan saat bayi dalam keadaan tidur. Bila dari tes BERA ditandai ada kelainan, bayi disarankan mengikuti tes pendengaran yang lebih detail. Usia bayi tidak lebih dari 3 bulan ketika dia melakukan tes lanjutan. Evaluasi hilangnya pendengaran dan menentukan tipe serta penyebab hilangnya pendengaran. Jika ternyata ditemukan bayi kehilangan pendengaran, alat Bantu dengar dan terapi bisa idmulai untuk membantu bayi belajar mendengar dan berbicara.
Tanda pendengaran bayi beresiko. Bayi dengan indikasi berikut sebaiknya dilakukan pemantauan pendengaran setiap enam bulan ingga ia berusia 3 tahun:
Riwayat keluarga dengan tuli sejak lahir.
Infeksi TORCH (Toksoplasma, Rubela, Cytomegalovirus, Hereps).
Kelainan anatomi di kepala dan leher.
Berat badan lahir rendah (kurang dari 1,5 kg).
Asfiksia berat (lahir tidak menangis).
Bayi menderita meningitis karena bakteri.
Bayi menggunakan alat Bantu napas lebih dari lima hari.
Trauma kepala.
Sumber:http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Bayi/Gizi+dan+Kesehatan/tes.pendengaran.bayi.baru.lahir/001/001/1824/1
0 komentar:
Posting Komentar