Kebisingan bisa mengancam pendengaran bayi. Dan selama ini masalah gangguan pendengaran pada bayi dan balita akibat kebisingan kurang mendapat perhatian. Padahal, belum lama ini ada laporan bahwa kebisingan menjadi penyebab ke-2 gangguan pendengaran pada bayi dan balita di Amerika Serikat.
Gangguan permanen. Di saat balita Anda asyik melakukan eksplorasi, bukan tidak mungkin tanpa disadari mereka terpapar kebisingan dengan tingkat suara di atas ambang toleransi, yakni 80-85 desibel (dB)/24 jam, atau setara dengan suara alarm jam. Waspadalah, karena bayi dan anak-anak lebih rentan dan lebih mudah mengalami kelelahan koklea (rumah siput) pada telinga mereka. Akibatnya, bisa menimbulkan gangguan pendengaran yang menetap atau permanen.
Keterlambatan dalam perkembangan bicara. Gangguan pendengaran pada bayi dan balita dapat mengakibatkan keterlambatan dalam perkembangan bicara sebagai sarana berkomunikasi dan bersosialisasi, yang pada akhirnya berdampak pada proses belajar anak di kemudian hari. Kondisi ini tentu perlu perhatian khusus, karena data berbicara, anak-anak Indonesia yang mengalami gangguan pendengaran dan ketulian cukup tinggi. Pada anak usia sekolah antara 7-9 tahun ditemukan kasus ketulian sebesar 0,4%, dan setiap tahun diperkirakan sekitar 5.200 bayi lahir tuli. Dengan kondisi ini, Pemerintah diharapkan segera membuat regulasi pembatasan paparan bising di kawasan publik, termasuk arena bermain anak-anak yang terdapat di mal-mal seluruh Indonesia.
Sumber:http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Bayi/Gizi+dan+Kesehatan/jauhkan.bayi.dari.kebisingan/001/001/1536/1
31 Jan 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar