3 Feb 2015

Pemerikasaan Kesehatan Fisik untuk Calon Ibu

Pemeriksaan kesehatan penting untuk calon ibu di masa prakonsepsi. Lakukan 3 - 6 bulan sebelum hamil. Dengan demikian, tubuh calon ibu siap menerima kehadiran janin dan menjalani kehamilan sehat.

Riwayat kesehatan calon ayah dan ibu. Pemeriksaan kesehatan calon ibu dalam rangka mempersiapkan kehamilan, dimulai dengan mengunjungi dokter kebidanan dan kandungan. Di rumah sakit atau klinik fertilitas, Anda berdua sebaiknya berkonsultasi dengan tim dokter terutama jika Anda dan pasangan memiliki riwayat kesehatan yang dapat menyebabkan kondisi kehamilan yang berisiko. Seperti, Toksoplasmosis, Rubella (Campak Jerman), Gondongan (mumps), dan lain sebagainya. Anda dan pasangan sebaiknya mengatasi penyakit atau gangguan kesehatan lebih dulu, baru kemudian melakukan upaya untuk hamil.

Riwayat kesehatan keluarga. Jika Anda dan pasangan memiliki riwayat penyakit tertentu, sebaiknya Anda melakukan tes genetika di laboratorim atau lembaga khusus genetika. Deteksi dini penyakit thalasemia, masalah kromosom, dan penyakit metabolisme dapat dilakukan dengan melakukan serangkaian tes. Untuk beberapa kasus, deteksi dini membantu calon ayah dan ibu menyiapkan psikolog dan mental, jika terjadi kehamilan berisiko tinggi.

Pemeriksaan klinis. Bagi calon ibu, berikut pemeriksaan klinis yang sebaiknya dilakukan:

Bobot tubuh atau berat badan calon ibu bisa berpengaruh terhadap kesuburan. Jika kelebihan berat badan, bisa terjadi ketidakseimbangan hormon yang menyebabkan tingkat kesuburan menurun. Jika pun terjadi pembuahan saat berat badan berlebih, risiko calon ibu untuk menderita diabetes cukup besar. Bahkan, calon ibu berisiko terserang pre-eklampsia (gejala keracunan kehamilan). Si janin juga menanggung risiko ini. Saat tiba waktu persalinan, kegemukan juga bisa mempersulit persalinan. Kelebihan berat badan juga menyulitkan dokter dalam mengukur besar rahim untuk menghitung usia kehamilan. Ukuran rahim "tersamar" oleh timbunan lemak yang menyelimuti. Sebaliknya, jika calon ibu terlalu kurus, kesuburan akan terpengaruh. Calon ibu bisa mengalami gangguan keseimbangan hormon. Calon ibu yang terlalu kurus menyebabkan ketidakteraturan haid. Agar proses ovulasi terjadi, tubuh calon ibu biasanya membutuhkan hormon estrogen. Agar hormon ini diproduksi, berat badan tubuh akan bertambah sekitar 25% dari bobot normal. Itulah kenapa jika bobot tubuh kurang dari normal, maka tubuh juga susah payah dalam memproduksi hormon estrogen dengan baik. Ujungnya, ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur) gagal berlangsung dengan baik.
Rongga panggul. Dokter kebidanan dan kandungan perlu memeriksa kesehatan rongga panggul. Pemeriksaan ini akan mendeteksi, apakah ada masalah pada organ reproduksi calon ibu. Misalnyal, kista indung telur yang menyebabkan menurunnya tingkat kesuburan. Bentuk dan posisi rahim tertentu yang pun juga menghambat terjadi pembuahan, dan pertumbuhan janin. Selain kista, keluhan calon ibu adalah mioma atau miom, yakni sejenis tumor yang biasanya tumbuh di dinding rahim. Miom memang tidak bersifat ganas, tapi benjolannya kadang-kadang menekan jaringan sekitarnya, seperti usus dan kandung kemih. Sehingga, calon ibu merasakan nyeri dan pendarahan hebat saat haid. Jika kemudian ibu hamil dengan miom dalam rahimnya, maka yang nyeri panggul akan dialaminya.
Pap smear. Dokter melakukan pemeriksaan ini untuk mendeteksi ada tidaknya kanker atau gangguan lain di leher rahim. Pap smear biasanya dilakukan tiga tahun setelah melakukan hubungan seks pertama kali. Pasien akan tiduran di kursi khusus dengan kaki ditumpangkan ke penahan kaki. Selanjutnya vagina dibuka dengan alat bernama spekulum. Dokter atau bidan akan mengambil olesan jaringan di mulut rahim. Olesan itulah yang dikirim ke laboratorium untuk dianalisa. Jika ditemukan kelainan, maka harus disembuhkan sebelum Anda hamil.

Sumber: http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Prakonsepsi/Gizi+dan+Kesehatan/pemeriksaan.fisik.calon.ibu/001/001/69/1
Share |

0 komentar:

 
Planet Bayi Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template